Serangkai kata untuk sekuntum mawar yang kucinta,
Saujana di awal senja
mawarku
bertambah usiamu
bertambah pula kesedihanku
meski bertambah juga kebanggaanku kepadamu
mawarku
maafkan aku
bertambah usiamu
bertambah aku jarang ada di sisimu
mengusapkan butir air bening di daunmu
membelai setiap kelopakmu
menghirup bau harum semerbak rambutmu
meresapkan kenangan tentangmu
esok
lusa
atau suatu hari nanti
andai aku tak bisa lagi menemani
sebait kata aku ukir berbalut cintaku
semoga berpusar ia di labirin benakmu
kala mentari pagi menyapamu
songsong langitmu
resapkan tiap bulir embun yang menerpamu
rentangkan tangan menyapa angin yang membelaimu
telisik malammu penuh tawadlu
biarkan rembulan dan langit malam menemanimu
biarlah waktu berlalu di depan matamu
pahatkan ia bak pelajaran hidupmu
jangan kau buncahkan langit yang mendatangi
jangan kau kibaskan tanganmu usir embun pagi
jangan berlari dari angin yang merindui
jangan kau usik malam yang menghampiri
jangan kau usir rembulan yang menemani
agar kau pandai memilih jalanmu sendiri
mencintai alam tempatmu berdiri
memahami padang tempat kauberlari
mencari ridlo Rabb yang kelak harus kau temui
jangan kau muram kala langit berawan
jangan gulana kala angin bawa aroma yang tak kau suka
jangan kau masygul kala rembulan kembali ke peraduan
asal Rabbmu tak murka, cukupkan itu saja
taklukan gumpalan awan dengan senyummu yang manis alang kepalang
tundukkan topan dengan tarimu yang gemulai nan menawan
bujuk rembulan kembali dengan celotehmu bak cerita berhari silam
mawarku,
maafkan aku
andai “ayah” hanya sebatas sapa saja
karena aku hanya manusia biasa
bahkan padamu, sering kubelajar alif-ba-ta
(Semoga usiamu yang berkurang bawa banyak pelajaran, Jakarta, 10 Desember 2012 dalam rajut angan)Tulisan asli bisa dilihat disini : https://www.facebook.com/notes/tito-pradekso/saujana-di-awal-senja/10151276713161168